Kita semua tahu akhirnya harga BBM atau Bahan Bakar Minyak mengalami kenaikan. Walaupun para mahasiswa dan segenap aktivis telah melakukan demonstrasi di berbagi tempat termasuk di depan gedung DPR. Harga premium yang semula Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00 dan solar menjadi Rp 5.500,00. Ini mengalami tingkat kenaikan yang cukup tinggi dilihat dari persentase sekitar 44,44% untuk premium dan 22,22% untuk solar. Kenaikan harga BBM adalah imbas dari pengurangan RAPBN-P 2013 yang dinilai akan membuat kerugian negara begitu besar. Selain itu kebijakan subsidi yang dilakukan lewat BBM bersubsidi juga dinilai kurang tepat oleh pemerintah karena konsumen yang dinilai berpendapatan cukup mampu hingga yang mampu masih sangat banyak yang menggunakan premium tersebut.
Sebagai kebijakan pengalihan dari subsidi BBM tersebut, pemerintah melakukan kebijakan lain yang kita ketahui bersama adalah pembagian dana melalui kebijakan BLSM. Tapi, lagi-lagi seperti yang kita ketahui bersama melalui berbagai media massa dan cetak pembagian tersebut masih belum 100% tepat sasaran. Karena ada beberapa warga yang dinilai 'masih' mampu justru mendapatkan BLSM. Sebagai contoh kasus adalah terdapatnya berita disuatu kecamatan yang salah seorang warganya terlihat menggunakan smartphone Blackberry ikut mendapatkan BLSM tersebut. Kondisi tersebut sangat berbanding terbalik dengan wawancara terhadap beberapa warga yang tidak mendapatkan bantuan dana tersebut padahal kondisinya benar-benar membutuhkan. Semoga kedepan pemerintah dapat menyalurkan bantuan ini benar-benar tepat sasaran.
Itu bila dilihat dari aspek pengalihan pembagian subsidi. Sedangkan bila dilihat dari sisi ekonomi nasional perihal kenaikan BBM ini akan menaikkan inflasi yang dapat melebihi 1% dari deflasi 0,03% pada bulan Mei lalu, seperti yang diungkapkan oleh Lana Soelistianingsih, analis Samuel Sekuritas, Ditambah lagi kenaikan tersebut terjadi mendekati bulan Ramadhan yang sudah pasti menurunkan daya beli masyarakat.
Dan yang terakhir adalah solusi. Ketika kita berbicara solusi akan ada banyak suara mengenai hal yang satu ini. Tapi, permasalahannya apakah tepat atau tidak bila diterapkan. Agaknya, salah satu solusi yang diaanggap cukup tepat adalah kita masyarakat bersama pemerintah menjalankan suatu misi yang berupaya untuk meningkatkan ekonomi nasional. Misalnya, untuk sebagaian masyarakat yang dinilai berkecukupan untuk menggunakan bahan bakar non-subsidi bukan tentang membatasi hak pemakaian orang namun nampak tak arif jika menggunakan 'jatah' orang yang tidak mampu untuk kepentingan dirinya. Lagipula jika dilihat dari kendaraan-kendaraan mewah seharusnya penggunaan bahan bakarnya adalah yang sesuai dengan Euro-3 agar mesin lebih terawat. Sedangkan bakan bakar subsidi baru berstandar Euro 2. Selain itu masyarakat kita yang konsumtif dan gemar mengoleksi barang - barang impor seyogyanya lebih menggunakan produk dalam negeri. Dilihat dari segi fasilitas transportasi umum, Indonesia masih sangat memerlukan perbaikan disegala aspek. Bila transportasi umum sudah memadai dan masyarakat merasa nyaman menggunakannya maka kemacetan pun akan mulai terurai dan penggunaan bahan bakar pun bisa dihemat
Demikianlah penuturan tentang kenaikan harga BBM dan daya beli masyarkat. Semoga kita dapat bersatu padu bersama pemerintah untuk membangun negeri ini yang salah satunya melalui aspek ekonomi.
Sumber : okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar